Penulis: Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA
Penerbit: Pustaka Firdaus
Harga: Rp 33.000
Sinopsis:
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa, di samping al-Qur'an, umat Islam
menyandarkan perilaku keagamaannya kepada hadis Nabi Saw. Secara
sederhana, yang dimaksud hadis adalah segala jenis laporan yang
disandarkan (udhifa) kepada Nabi. Siapa yang menyandarkan laporan kepada Nabi? Ya, para sahabat dan generasi sesudahnya bahkan hingga saat ini.
Ketika disebut “disandarkan”, maka kata ini meniscayakan adanya proses kepengarangan (authorship)
berita tentang Nabi. Oleh sebab adanya proses kepengarangan, para ulama
kemudian bersepakat: bahwa tidak semua hadis akurat dan sahih. Sebagai
tindaklanjut dari kesepakatan ini, para ulama lantas menyusun Ulumul
Hadis, yakni kompilasi metode-metode pengujian kualitas hadis, baik dari
aspek rangkaian informan (sanad/isnad) atau dari aspek konten informasi
tentang Nabi saw. (matan).
Tentu saja, tidak semua orang
bertanggungjawab terhadap kualitas informasi yang disampaikannya. Bisa
jadi, dengan dilandasi oleh keculasan hati, orang bisa bertindak tega:
berdusta atas nama Nabi dengan sengaja mengarang cerita tentang beliau.
Bisa jadi juga, ada orang yang, karena tidak tahu, menyebarkan informasi
tentang Nabi, meski kualitas informasi tersebut ternyata palsu.
Hadis tentang anjuran menuntut ilmu hingga ke Cina, misalnya, setelah
dilakukan uji sahih, ternyata tidak bersumber dari Nabi. Yang fatal,
hadis ini justru telah menyebar dan sangat populer di kalangan umat
Islam di Tanah Air.
Kiranya banyak sekali informasi populer yang disandarkan pada Nabi Ssaw
namun jauh dari akurat. Contoh lain yang bisa disebut di sini adalah
hadis tentang anjuran bersikap sombong kepada orang yang sombong.
Seperti yang disebut oleh Ali Mustafa Yaqub, hadis anjuran sombong ini
sama sekali bukan hadis, melaikan sekedar ujaran populer yang, entah
kapan dan oleh siapa, disandarkan kepada Nabi.
Demikianlah sekelumit contoh hadis-hadis palsu yang pupoler di tengah
masyarakat. Karena hadis adalah informasi tentang Nabi, tentu akan
lebih elok jika kita berhati-hati menyebarkan hadis. Kita bisa mengecek
terlebih dahulu dengan bertanya kepada ahli hadis perihal kualitas suatu
hadis sebelum didistribusikan. Ibarat makanan, hadis yang tidak
memiliki kualitas sahih, bisa menjadi penyebab sakit di masyarakat. Di
sinilah signifikansi buku tulisan Ali Mustafa Yaqub, Hadis-Hadis Bermasalah, menjadi baik untuk dibaca.
Dua contoh yang saya sebut di atas tadi hanyalah bagian kecil dari 32
hadis yang populer namun bermasalah, di mana semuanya dibahas di buku
tersebut. Di sajikan dengan bahasa sederhana dengan sesekali berpijak
pada kasus-kasus yang terjadi di tengah masyarakat muslim di Tanah Air,
Yaqub menjelaskan kualitas hadis-hadis yang dibedahnya, baik dari aspek
sanad maupun matannya. Dan, naam, walaupun masih menggunakan pola
konvensional dalam tradisi kritik hadis, apa yang dilakukan oleh Ali
Mustafa Yaqub di buku ini pantas dijadikan bacaan yang dianjurkan bagi
umat Islam pada umumnya, terutama bagi mereka yang gemar menyandarkan
tindak-tanduk kesehariannya kepada apa yang dilakukan oleh Nabi Saw,
namun tidak memiliki kemampuan khusus dalam melakukan proses uji
kesahihan hadis.
Walakhir, sebagai salah seorang ahli di bidang studi hadis di
Indonesia, buku karya Ali Mustafa Yaqub di atas patut dinilai sebagai
buku yang menyehatkan pembacanya. Ya, semua buku itu baik. Tetapi, tidak
semua buku menyehatkan kita.
Posting Komentar