Kisah Sedekah Pak Satpam

Senin, 19 Agustus 20130 komentar

Al An’am 160: “Setiap amal kebaikan akan dibalas 10 kali lipat dari amalnya.”

Ketika Yusuf Mansur melintasi di suatu daerah, dia tiba-tiba terbangun dari kursi tengah mobil mewah yang dia naiki. Sambil memperbaiki posisi duduknya, Yusuf berpesan kepada sopir pribadinya untuk singgah sejenak di pom bensin. “Masih penuh ustaz,” jawab sopir dengan melihat indikasi tangki bensin.

Mendengar jawaban sopir, Yusuf langsung menimpali “Saya kebelet, pengen ke toilet sebentar,” katanya sambil melihat sopirnya melalui spion tengah di dalam mobil. Tidak lama melaju, mobil Yusuf singgah di pom bensin. Sambil berjalan cepat, Yusuf menuju pintu toilet yang berada di belakang tempat pengisian bahan bakar. Namun langkah Yusuf terhenti ketika seorang satpam pom bensin berteriak memanggilnya.

Dengan langkah cepat, si satpam mendekati Yusuf dan berkata “Alhamdullilah ketemu ustaz di sini, biasanya cuma di televisi,” kata si satpam. Setelah basa-basi, si satpam mengutarakan maksudnya kepada Yusuf, dia mengaku bosan menjadi satpam meski gaji yang didapatnya terbilang cukup besar untuk seukuran satpam daerah.

Si satpam merasa hidupnya tidak banyak berubah. Dia mengeluhkan kehidupannya yang selalu berjalan monoton. Padahal si satpam sudah rajin salat, namun belum juga mendapat perubahan yang lebih baik lagi dari Allah SWT.

Keluh kesah si satpam memutuskan Yusuf untuk mengajaknya duduk di minimarket, dalam kompleks pom bensin. Sambil menikmati kopi sore hari, si satpam menceritakan kisah hidupnya, hingga akhirnya Yusuf bisa menarik sebuah kesimpulan utama. Si satpam menginginkan rizki yang banyak, namun belum banyak waktu untuk mengingat Allah.

Memang si satpam rajin salat lima waktu, namun selalu salat di akhir waktu. Meski menyadari kesalahannya itu, si satpam selalu berkilah dengan memandang semua perbuatan baik adalah ibadah, tanpa melihat prioritas dan waktu dari ibadah itu sendiri.

“Memang bekerja jika dimaknai ibadah juga bisa, semua perbuatan baik jika diniati ibadah juga bisa, tapi jangan lupa untuk memprioritaskan ibadah primer dulu, seperti salat lima waktu. Kamu (si satpam) sholat ashar jam setengah 5 sore, padahal waktu asar jam 3, itu sama halnya kamu meninggalkan Allah sejauh satu setengah jam.”

Jika sehari dikali lima, bagaimana dengan sebulan, setahun, atau ketika pertama kali kamu pertama kali balig? Sudah berapa jauh kamu meninggalkan Allah SWT,” lanjut Yusuf.

Di akhir pembicaraan di minimarket itu, Yusuf berpesan kepada satpam untuk memperbaiki salatnya. Kemudian menyuruh si satpam untuk bersedekah untuk mempercepat balasan Allah SWT.

“Ini yang sulit ustaz,” kata satpam memotong pembicaraan Yusuf. Menurutnya gaji yang diterimanya sebesar Rp 1.700,000 perbulan, sangat pas untuk memenuhi kebutuhan bulanannya, termasuk bayar kontrakan dan cicilan sepeda motor miliknya sebesar Rp 900 ribu perbulannya. Bahkan tidak jarang, si satpam sudah berhutang di kios tetangganya pada pertengahan bulan. “Duit sedekah darimana ustaz?” terangnya.

“Motor kamu saja dijual, nanti uangnya kamu sedekahkan semua. Insya Allah akan cepat dibalas,” sahut Yusuf.

Mendengar jawaban Yusuf, si satpam buru-buru mengatakan keberatannya. Sebab tidak mungkin untuknya pergi bekerja tanpa mengendarai sepeda motor.

Akhirnya Yusuf menantang si satpam untuk kasbon, meminta awal gaji bulanannya kepada perusahaan untuk disedekahkan. Awalnya si satpam ragu, namun melihat keseriusan dan janji Allah SWT yang diterangkan Yusuf, membuat si satpam memberanikan diri menghadap atasan.

Setelah permasalahan si satpam teratasi, Yusuf pamit untuk melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda. Sedangkan si satpam, segera bergegas ke ruangan pemimpin untuk mengutarakan maksudnya. Singkat cerita, akhirnya si satpam berhasil meyakinkan atasan untuk kasbon Rp 1.700,000 dan segera menyedekahkannya.

Dengan keyakinan kebenaran janji Allah, si satpam melewati hari demi hari dengan rajin salat wajib tepat waktu dan konsisten melaksanakan salat sunnah. Hingga akhirnya si satpam merasakan manisnya janji Allah ketika dia bertemu dengan orang kaya yang sedang bingung mencari tanah. Tidak banyak peran dia, si satpam hanya bertugas sebagai perantara antara pembeli yaitu orang kaya itu, dengan penjual yang masih tetangganya di kampung.

Tidak membutuhkan waktu berbulan-bulan, Allah persis mengganti sedekahnya dengan melipatkan komisinya sebesar Rp 17.000,000. “Alhamdullilaah,” puji si satpam kepada kebesaran Allah SWT.

Kini si satpam tidak lagi meragukan kebenaran janji Allah, bahkan motor kesayangannya dia jual untuk membantu mewujudkan impian ibunya berhaji.

Tidak berhenti sampai di situ, mengetahui si satpam adalah lulusan S1 akuntansi, akhirnya perusahaan mengangkat jabatannya. Kini mantan satpam itu telah menjadi staf keuangan di induk perusahaan yang lebih besar.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidak seorangpun yang menyedekahkan hartanya yang halal dimana Allah menerimanya dengan kananNya (dengan baik), walaupun sedekahnya itu hanya sebutir kurma. Maka kurma tersebut akan bertambah besar di tangan Allah Yang Maha Pengasih, sehingga menjadi lebih besar daripada gunung. Demikian Allah memelihara sedekahmu, sebagaimana halnya kamu memelihara anak kambing dan unta (semakin hari semakin besar).” (HR. Muslim).

Share this article :

Posting Komentar

 
TEMPLATE ASWAJA| Aswaja Klaten - All Rights Reserved
Supported : MADINATULIMAN.COM | Creating Website | Johny dan Mas Themes