Mukadimah (Bagian I)

Selasa, 20 Agustus 20130 komentar

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

قاَلَ الشَّيْخُ اْلإِمَامُ، الْعَالِمُ الْعَلاَّمَةُ، حُجَّةُ اْلاِسْلاَمِ، وَبَرَكَةُ اْلأَنَامِ: أَبُوْ حَامِدٍ مُحَمَّدُ بْنُ مُحَمَّدٍِ بْنِ مُحَمَّدٍِ الْغَزَالِيُّ الطُّوْسِىُّ؛ قَدَّسَ اللهُ رُوْحَهُ، وَنَوَّرَ ضَرِيْحَهُ - آمِيْن: الْحَمْدُ لِلَّهِ حَقَّ حَمْدِهِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ، مُحَمَّدٍِ رَسُوْلِهِ وَعَبْدِهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ مِنْ بَعْدِهِ
Berkata seorang Syekh yang agung, al-Alim al-Allamah, Hujjatul Islam, pembawa berkah bagi manusia, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali at-Thusi; semoga Allah menyucikan ruhnya dan menyinari alam kuburnya. Amin: Segala puji bagi Allah dengan sebenar-benar pujian. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada sebaik-baik makhluk, rasul dan utusan-Nya, Nabi besar Muhammad SAW, dan juga kepada keluarga dan para sahabatnya dan para pengikutnya yang hidup pada masa setelahnya.
أَمَّا بَعْدُ: فَاعْلَمْ أَيُّهَا الْحَرِيْصُ الْمُقْبِلُ عَلَى اقْتِبَاسِ الْعِلْمِ، الْمُظْهِرُ مِنْ نَفْسِهِ صِدْقَ الرَّغْبَةِ وَفَرْطَ التَّعَطُّشِ إِلَيْهِ، أَنَّكَ إِنْ كُنْتَ تَقْصُدُ بِطَلَبِ الْعِلْمِ الْمُنَافَسَةَ وَالْمُبَاهَاةَ، وَالتَّقَدُّمَ عَلَى اْلأَقْرَانِ، وَاسْتِمَالَةَ وُجُوْهِ النَّاسِ إِلَيْكَ، وَجَمْعِ حُطَامِ الدُّنْيَا، فَأَنْتَ سَاعٍِ فِيْ هَدْمِ دِيْنِكَ، وَهَلاَكِ نَفْسِكَ، وَبَيْعِ آخِرَتِكَ بِدُنْيَاكَ، فَصَفْقَتُكَ خَاسِرَةٌ وَتِجَارَتُكَ بَائِرَةٌ، وَمُعَلِّمُكَ مُعِيْنٌ لَكَ عَلَى عِصْيَانِكَ، وَشَرِيْكٌ لَكَ فِيْ خُسْرَانِكَ، وَهُوَ كَبَائِعِ سَيْفٍ مِنْ قَاطِعِ طَرِيْقٍ، كَمَا قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ أَعَانَ عَلَى مَعْصِيَةٍِ وَلَوْ بِشَطْرِ كَلِمَةٍِ كَانَ شَرِْيكًَا لَهُ فِيْهَا
Ammaa ba’du: Ketahuilah, wahai orang yang besar semangat dan perhatiannya dalam mencari ilmu, yang telah menunjukan cita-cita yang tinggi dan rasa dahaga yang begitu kuat terhadap ilmu; seandainya niatmu dalam mencari ilmu itu hanyalah untuk belomba-lomba dan berbangga diri dengannya, lalu menjadi terkemuka dibanding orang lain, dan untuk menarik perhatian orang banyak terhadap dirimu, dan untuk menghimpunkan kekayaan dunia dengan ilmu itu, maka sesungguhnya engkau telah melangkah untuk menghancurkan agamamu, membinasakan dirimu sendiri, dan menjual akhiratmu demi memperoleh duniamu, maka penjualanmu adalah rugi dan perniagaanmu rusak, dan guru yang mengajarkan ilmu itu padamu seakan-akan telah menolongmu dalam melaksanakan kemaksiatan, bersamamu dalam kerugian, dan laksana seseorang yang menjual pedang kepada perampok. Seperti sabda Rasullullah SAW: “Barangsiapa yang menolong orang lain melakukan suatu kemaksiatan walaupun dengan setengah kalimat, maka orang itu dipandang telah ikut melakukan kemaksiatan tersebut.”
وَإِنْ كَانَتْ نِيَّتُكَ وَقَصْدُكَ بَيْنَكَ وَبَيْنَ اللهِ تَعَالَى مِنْ طَلَبِ الْعِلْمِ الْهِدَايَةَ، دُوْنَ مُجَرَّدِ الرِّوَايَةِ؛ فَأَبْشِرْ، فَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ تَبْسُطُ لَكَ أَجْنِحَتَهَا إِذَا مَشَيْتَ، وَحِيْتَانُ الْبَحْرِ تَسْتَغْفِرُ لَكَ إِذَا سَعَيْتَ. وَلَكِنْ يَنْبَغِيْ لَكَ أَنْ تَعْلَمَ قَبْلَ كُلِّ شَيْءٍِ، أَنَّ الْهِدَايَةَ الَّتِيْ هِيَ ثَمَرَةُ الْعِلْمِ، لَهَا بِدَايَةٌ وَنِهَايَةٌ، وَظَاهِرٌ وَبَاطِنٌ، وَلاَ وُصُوْلَ إِلَى نِهَايَتِهَا إِلاَّ بَعْدَ إِحْكَامِ بِدَايَتِهَا، وَلاَ عُثُوْرَ عَلَى بَاطِنِهَا إِلاَّ بَعْدَ الْوُقُوْفِ عَلَى ظَاهِرِهَا
Namun apabila niatmu dalam mencari ilmu itu demi menggapai keridhaan Allah dan mendapatkan hidayah, bukan sekedar agar engkau pandai berbicara (berceramah); maka hendaklah engkau merasa gembira, karena para malaikat telah mengembangkan sayapnya apabila kamu berjalan, dan ikan yang ada di lautan seluruhnya memohonkan ampun bagimu di dalam setiap gerakmu. Namun demikian, sebelum sampai kepada semua itu, hendaklah engkau mengetahui bahwa hidayah pada hakikatnya adalah buah dari ilmu. Hidayah itu sendiri baginya ada “bidayah” (pemulaan) dan ada pula “nihayah” (kesudahan/puncak), ada zahirnya dan ada batinnya, dan engkau sekali-kali tidak akan pernah sampai kepada puncak hidayah kecuali setelah engkau menapaki permulaannya, dan engkau tidak akan dapat menyelami yang bersifat batin darinya kecuali setelah engkau memahami dan menyempurnakan yang bersifat zahir darinya.
وَهَأَنَا مُشِيْرٌ عَلَيْكَ بِبِدَايَةِ الْهِدَايَةِ؛ لِتُجَرِّبَ بِهَا نَفْسَكَ، وَتَمْتَحِنَ بِهَا قَلْبَكَ، فَإِنْ صَادَفْتَ قَلْبَكَ إِلَيْهَا مَائِلاً، وَنَفْسَكَ بِهَا مُطَاوِعَةً، وَلَهَا قَابِلَةً؛ فَدُوْنَكَ التَّطَلُّعَ إِلَى النِّهَايَاتِ وَالتَّغَلْغُلَ فِيْ بِحَارِ الْعُلُوْمِ
Di dalam kitab ini aku akan tunjukkan padamu “bidayatul hidayah” (pemulaan-permulaan menuju hidayah); supaya engkau melatih dirimu dengan mengamalkannya, dan supaya engkau dapat menguji hatimu. Seandainya engkau dapati hatimu cenderung kepadanya dan hawa nafsumu tunduk mengikuti arahannya dan dapat memberikan perhatian yang sewajarnya, maka pada saatnya engkau akan sampai di puncak hidayah dan engkau akan mampu mengarungi lautan ilmu yang luas itu.
وَإِنْ صَادَفْتَ قَلْبَكَ عِنْدَ مُوَاجَهَتِكَ إِيَّاهَا بِهَا مُسَوِّفًا، وَبِالْعَمَلِ بِمُقْتَضَاهَا مُمَاطِلاً؛ فَاعْلَمْ أَنَّ نَفْسَكَ الْمَائِلَةَ إِلَى طَلَبِ الْعِلْمِ هِيَ النَّفْسُ اْلأَمَّارَةُ بِالسُّوْءِ، وَقَدْ انْتَهَضَتْ مُطِيْعَةً لِلشَّيْطَانِ اللَّعِيْنِ لِيُدْلِيْكَ بِحَبْلِ غُرُوْرِهِ؛ فَيَسْتَدْرِجُكَ بِمَكِيْدَتِهِ إِلَى غَمْرَةِ الْهَلاَكِ، وَقَصْدُهُ أَنْ يُرَوِّجَ عَلَيْكَ الشَّرَّ فِيْ مَعْرِضِ الْخَيْرِ حَتَّى يُلْحِقَكَ: بِاْلأَخْسَرِيْنَ أَعْمَالاً، الَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَياةِ الدُنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا
Tetapi jika engkau dapati hatimu tidak memberikan perhatian kepadanya dan nafsumu suka berlambat-lambat dalam melaksanakan perintahnya; maka ketahuilah bahwa kecenderunganmu dalam menuntut ilmu sebenarnya dikendalikan oleh nafsu ammarah bissuu’, hanya tunduk kepada perintah setan yang terkutuk yang hendak menipumu dengan berbagai macam tipudayanya; sehingga engkau akan terjerumus ke dalam jurang kebinasaan. Dengannya setan bermaksud menawarkan kepadamu keburukan dalam kemasan kebaikan, sehingga engkau termasuk dalam golongan yang disebutkan dalam firman Allah: “…orang yang paling rugi perbuatannya, (yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya.”
وَعِنْدَ ذَلِكَ يَتْلُوْ عَلَيْكَ الشَّيْطَانُ فَضْلَ الْعِلْمِ وَدَرَجَة الْعُلَمَاءِ، وَمَا وَرَدَ فِيْهِ مِنَ اْلأَخْبَارِ وَاْلآثَارِ وَيُلْهِيْكَ عَنْ قَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنِ ازْدَادَ عِلْمًا وَلَمْ يَزْدَدْ هُدًى، لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْدًا، وَعَنْ قَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَالِمٌ لَمْ يَنْفَعْهُ اللهُ بِعِلْمِهِ
Pada waktu itu, setan akan selalu membisikkan kepadamu tentang keutamaan ilmu dan kemuliaan derajat para ulama. Ia juga menyuarakan kepadamu berbagai keterangan yang ada di dalam hadits maupun atsar perihal keutamaan ilmu dan kemuliaan para ulama itu. Sedangkan pada saat yang sama setan mengalihkan perhatianmu dari sabda Rasulullah SAW: “Barangsiapa yang bertambah ilmunya, namun tidak bertambah hidayahnya (amalnya), maka ia hanya bertambah jauh dari Allah.” Juga dari sabda Rasulullah SAW: “Manusia yang paling pedih siksanya di hari Kiamat adalah orang alim yang tidak bermanfaat ilmunya.”
وَكَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: اللَّهُمَّ إِنِّىْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ، وَقَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ، وَعَمَلٍ لاَ يُرْفَعُ، وَدُعَاءٍ لاَ يَسْمَعُ
Padahal Rasulullah SAW selalu berdoa: [Allaahumma innii a-‘uudzubika min ‘ilmin laa yanfa’, wa qalbin laa yakhsya’, wa ‘amalin laa yurfa’, wa du’aa-in laa yasma’] –Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermafaat, hati yang tidak kusyu’, amal yang tidak diangkat (tidak diterima), dan dari doa yang tidak didengar (tidak dimakbulkan).”
وَعَنْ قَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَرَرْتُ لَيْلَةَ أُسْرِىَ بِيْ بِأَقْوَامٍ تُقْرَضُ شِفَاهُهُمْ بِمَقَارِيْضَ مِنْ نَارٍ، فَقُلْتُ: مَنْ أَنْتُمْ؟ قَالُوْا: كُنَّا نَأْمُرُ بِالْخَيْرِ وَلاَ نَأْتِيْهِ وَنَنْهَى عَنِ الشَّرِّ وَنَأْتِيْهِ
Setan juga memalingkanmu dari sabda Rasullullah SAW: “Pada malam isra’ mi’raj diperlihatkan padaku kaum yang dipotong lidah mereka dengan gunting yang terbuat dari api. Maka aku bertanya: “Siapakah kamu ini?” Mereka menjawab: “Kami adalah orang yang suka menyuruh orang lain berbuat kebaikan tetapi kami tidak melakukannya, dan kami suka melarang orang lain meninggalkan kejahatan tetapi kami mengerjakannya.”
فَإِيَّاكَ يَا مِسْكِيْنُ أَنْ تُذْعِنَ لِتَزْوِيْرِهِ فَيُدْلِيْكَ بِحَبْلِ غُرُوْرِهِ، فَوَيْلٌ لِلْجَاهِلِ حَيْثُ لَمْ يَتَعَلَّمْ مَرَّةً وَاحِدَةً، وَوَيْلٌ لِلْعَالِمِ حَيْثُ لَمْ يَعْمَلْ بِمَا عَلِمَ أَلْفَ مَرَّةٍ
Maka berhati-hatilah engkau wahai saudaraku dari tipu daya setan dan janganlah engkau tunduk kepada tipu dayanya itu, karena ia akan membelenggumu dengan tali tipuannya. Celakalah orang bodoh yang tidak mau belajar, dan kecelakaan seribu kali lipat bagi orang alim yang tidak mengamalkan ilmunya.

(Bersabung ke Bagian II)

Share this article :

Posting Komentar

 
TEMPLATE ASWAJA| Aswaja Klaten - All Rights Reserved
Supported : MADINATULIMAN.COM | Creating Website | Johny dan Mas Themes