Wahabi Menyusup dalam Kurikulum Sekolah

Kamis, 22 Agustus 20130 komentar

Segala cara rupanya dilakukan kelompok salafi wahabi untuk menyebarkan ajarannya di Indonesia. 

Masih segar dalam ingatan tentang beredarnya buku berjudul Mantan Kiai NU Menolak Tahlilan, Istighotsah dan Shalawat Syirik, yang ditulis oleh Mahrus Ali dari Sidoarjo yang sempat menjadi bahan pembicaraan para ulama di Jawa Timur. Juga masih teringat oleh kita saat ada kabar bahwa mereka sudah bertindak terlalu jauh dengan merubah beberapa bagian dari isi Kitab Kuning yang ditulis para ulama salaf yang mereka anggap tidak sesuai dengan ajaran mereka

Kali ini mereka nampaknya berupaya untuk ‘menitipkan’ pahamnya pada buku pelajaran agama di madrasah.


Pendapat ini adalah benar jika melihat buku pelajaran Al-Qur’an Hadits Madrasah Tsanawiyah kelas 7 (tujuh) semester 1 (satu) dalam pembahasan tentang Tauhid. Hal ini diungkapkan oleh Mujiharto, Kepala Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama Kepuharjo Karangploso Malang kepada NU Online pada Sabtu, 17 Agustus 2013.

Mujiharto menjelaskan, bahwa dalam buku mata pelajaran tersebut diuraikan pembahasan tentang tauhid uluhiyah dan tauhid rububiyah. Yang mana setelah dia teliti, materi tersebut ternyata tidak terdapat dalam berbagai referensi kitab tauhid yang umum dipakai Kiai Nahdlatul Ulama.

“Dalam buku mata pelajaran Al-Qur’an Hadits kelas 7 (tujuh) semester satu dijelaskan tentang tauhid uluhiyah dan rububiyah. Yang mana itu adalah bagian dari ajaran mereka, yang lengkapnya ada tiga, tauhid uluhiyah, rububiyah dan asma’ wa sifat. Akan tetapi yang terakhir tidak disebutkan mungkin agar tidak terlalu kelihatan,” ungkap Kepala Madrasah yang juga mengajar Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits itu.

Menurut Muji, hal ini perlu diluruskan karena nanti arahnya akan memberikan pemahaman yang salah pada peserta didik yang ada di Madrasah NU, karena tidak sesuai dengan pemahaman Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah.

“Jika pemahaman seperti itu diteruskan, nanti akan mengarah pada tajsim. Yang mana paham tajsim ini tidak sesuai dengan paham aqidah kita. Seperti kata: ‘yadullah’ diartikan ‘tangan’ sebagaimana tangan kita dan sebagainya,” katanya.

Beberapa usaha sudah dilakukan Mujiharto sebisanya, sejauh kapasitas yang ia miliki sebagai tenaga pendidik. Diantaranya, menyampaikan aspirasinya dalam berbagai forum seperti dalam Pendidikan Kader Pemimpin Nahdlatul Ulama (PKPNU) utamanya dalam materi yang menghadirkan tokoh-tokoh NU seperti H Mun’im DZ, KH Ali Maschan Moesa, Ustadz Idrus Ramli dan sebagainya. Bahkan juga pernah disampaikan dalam rapat serap aspirasi menjelang Mukernas Maarif NU yang juga dihadiri pengurus pusat.

Mujiharto mengusulkan agar setidaknya LP Maarif NU mengadakan upaya pelurusan dengan menerbitkan buku yang diedarkan di madrasah-madrasah NU yang isinya menjelaskan bagaimana hakikat dan konsekuensi dari tauhid uluhiyah dan rububiyah itu. Jika memang Kementerian Agama belum berkehendak merubah Permenag Nomor 2 tahun 2008 standar Isi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam tahun 2008.

Sumber: di sini
Share this article :

Posting Komentar

 
TEMPLATE ASWAJA| Aswaja Klaten - All Rights Reserved
Supported : MADINATULIMAN.COM | Creating Website | Johny dan Mas Themes